Kurator Subak Spirit Festival, Dibal Ranuh, menjelaskan bahwa festival ini dirancang untuk memberikan pengalaman langsung kepada pengunjung untuk merasakan keaslian sawah. “Kami ingin mengajak orang-orang kembali ke sawah dan merasakan makna mendalam yang ada di sekitar persawahan, mulai dari panas matahari, keindahan alam, hingga kegiatan sehari-hari yang dilakukan petani,” jelas Dibal.
Festival ini melibatkan berbagai elemen budaya, mulai dari seniman, budayawan, penyanyi, hingga masyarakat lokal yang menjadi pelaku kebudayaan itu sendiri. Berbagai kegiatan dilaksanakan dalam festival ini, antara lain pelatihan, lomba, pameran budaya, serta pertunjukan seni tradisional seperti Joged Bumbung dan Mepantigan. Musisi lokal seperti Joni Agung & Double T, Robi Navicula, Ayu Laksmi, dan Emoni turut meramaikan acara ini, menambah suasana yang meriah namun tetap sarat makna budaya.
Selain merayakan kekayaan budaya, Subak Spirit Festival juga menyoroti pentingnya keberlanjutan ekosistem Subak. Festival ini menampilkan ekosistem hilir Subak yang telah ditata sebagai destinasi wisata berkelanjutan, dengan manfaat ekonomi yang langsung mendukung pemeliharaan Subak di hulu. Melalui festival ini, diharapkan masyarakat bisa semakin sadar akan pentingnya menjaga sistem irigasi tradisional yang telah menjaga keseimbangan alam di Bali.
Dalam acara puncak, Giring bersama pemangku kepentingan budaya dan masyarakat Bali mengucapkan deklarasi untuk menguatkan ekosistem kebudayaan Bali. Giring juga menegaskan bahwa budaya adalah poros utama dalam pembangunan bangsa dan sebuah identitas yang harus dijaga. “Semangat dari festival ini bukan hanya pencapaian struktural, tetapi juga perwujudan tekad kita semua untuk menempatkan budaya sebagai pusat identitas dan daya tarik Indonesia di mata dunia,” tambah Giring.