BREAKING NEWS
Kamis, 13 Maret 2025

Dampak Screen Time pada Bayi dan Balita: Ancaman bagi Perkembangan Bahasa dan Sosial

Redaksi - Minggu, 16 Februari 2025 22:02 WIB
112 view
Dampak Screen Time pada Bayi dan Balita: Ancaman bagi Perkembangan Bahasa dan Sosial
Ilustrasi
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

BITVONLINE.COM -Kemajuan teknologi yang pesat di era Revolusi Industri 4.0 telah meningkatkan durasi paparan layar (screen time) pada bayi hingga anak-anak secara global. Sejumlah penelitian terkini mengungkapkan bahwa paparan layar yang berlebihan, terutama pada anak-anak di bawah usia dua tahun, dapat berdampak negatif terhadap perkembangan bahasa dan keterampilan sosial mereka.

Toddler Lebih Efektif Belajar dari Interaksi Manusia

Salah satu ilmuwan otak terkemuka, Patricia Kuhl, menegaskan bahwa bayi di bawah satu tahun lebih banyak belajar dari interaksi langsung dengan manusia dibandingkan dengan mesin. Dalam penelitiannya yang melibatkan lebih dari 4.000 bayi setiap tahun, ia menemukan bahwa meskipun bayi diperlihatkan video yang menarik, hasil pembelajaran mereka sangat berbeda. "Bayi memperoleh pemahaman luar biasa dari interaksi dengan manusia secara langsung, sementara dari mesin hampir tidak ada pembelajaran sama sekali," ujarnya.

Baca Juga:

Gangguan Fokus dan Konsentrasi Akibat Screen Time

Bayi dan balita membutuhkan lingkungan yang merangsang untuk mengembangkan konsentrasi serta fokus mereka. Paparan layar yang berlebihan dapat menghambat kemampuan ini karena anak-anak memerlukan waktu untuk memproses rangsangan dari dunia nyata. Membacakan buku cerita, misalnya, memberi mereka kesempatan untuk mencerna kata-kata, gambar, dan suara secara alami, yang tidak bisa diperoleh dari tayangan digital.

Baca Juga:

Menghambat Pengendalian Impuls dan Kreativitas

Bayi dan anak kecil cenderung cepat bosan. Aktivitas yang melibatkan interaksi fisik dan kognitif membantu mereka belajar menghadapi rasa frustrasi serta mengendalikan dorongan hati. Jika anak-anak terus-menerus distimulasi oleh perangkat layar, mereka kehilangan kemampuan untuk menghibur diri sendiri secara mandiri. Hal ini dapat menghambat kreativitas, imajinasi, serta motivasi mereka.

Keterlambatan Berbicara akibat Screen Time

Salah satu dampak paling mengkhawatirkan dari screen time adalah keterlambatan berbicara (speech delay). Menurut penelitian Chonchaiya dan Pruksananonda, anak-anak yang mulai menonton televisi sebelum usia 12 bulan dan terpapar lebih dari dua jam per hari memiliki kemungkinan enam kali lebih besar mengalami keterlambatan bahasa. Studi lain oleh Alhosani et al. (2023) mengungkapkan bahwa 90,3% anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara ternyata memiliki riwayat paparan perangkat elektronik yang berlebihan.

Pengurangan Empati dan Kemampuan Sosial

Interaksi tatap muka merupakan faktor utama dalam pembelajaran sosial anak-anak. Ahli saraf dari Harvard, Charles Nelson, menyatakan bahwa komunikasi bayi sebelum mengembangkan bahasa sepenuhnya bersifat non-verbal, seperti ekspresi wajah dan gestur. Terlalu banyak screen time dapat mengurangi kemampuan bayi dalam membaca ekspresi manusia dan memahami emosi, sehingga menghambat perkembangan empati mereka.

Rekomendasi American Academy of Pediatrics dan WHO

American Academy of Pediatrics (AAP) menegaskan bahwa bayi di bawah usia 18 bulan tidak boleh terpapar layar kecuali untuk video call dengan anggota keluarga. Untuk anak berusia 18-24 bulan, AAP menyarankan agar orang tua menonton program berkualitas bersama anak mereka. Sedangkan untuk anak usia 2-5 tahun, durasi screen time yang diperbolehkan maksimal hanya satu jam per hari. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengeluarkan pedoman serupa pada tahun 2019, yang merekomendasikan nol waktu layar untuk bayi di bawah dua tahun dan maksimal satu jam untuk anak usia 2-4 tahun.

Solusi: Pendampingan dan Konten Berkualitas

Bagi orang tua yang sudah menghadapi anak yang kecanduan screen time, penting untuk memilih konten berkualitas dan menontonnya bersama anak dalam batas waktu yang direkomendasikan. Aktivitas ini bisa menjadi kegiatan keluarga yang menyenangkan dan tetap memberikan manfaat edukatif bagi anak.

(kp/a)

Editor
: Redaksi
Tags
beritaTerkait
Meningkatkan Literasi dan Kesehatan Mental Anak, Peran Keluarga dan Pendidikan Jadi Kunci
Kemenkes Sebut Anemia Banyak Menyerang Remaja dan Wanita Usia Subur, Ini Penyebabnya
Chelsea Olivia Ungkap Suami dan Anak Positif Influenza Tipe A Sepulang Liburan dari China
36 Remaja di Medan Diamankan Saat Sahur On The Road Bawa Kayu-Petasan
Resmi! RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak Disepakati oleh Komisi VIII DPR
Polsek Johar Baru Bina Pelajar Tawuran Dengan Basuh Kaki Ibu
komentar
beritaTerbaru