Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung
bitvonline.com -Masalah kemarahan pada anak, terutama balita, kerap menjadi perhatian banyak orang tua. Memahami perilaku agresif seperti memukul atau mengamuk bisa jadi rumit, namun penting untuk mengetahui bahwa mengatur emosi adalah keterampilan yang perlu diajarkan. Psikolog anak, Dr. Emily Mudd, PhD, menjelaskan bahwa beberapa anak mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk menguasai pengendalian diri, sementara yang lain mungkin menunjukkan perilaku ini sebagai bagian dari proses belajar mereka.
Mengapa Balita Memukul?
Baca Juga:
Balita cenderung menggunakan ekspresi fisik untuk mengekspresikan frustrasi, terutama ketika mereka belum memiliki keterampilan verbal yang cukup. Menurut Dr. Mudd, “Secara umum, balita memang akan melewati fase perilaku agresif.” Keterbatasan bahasa membuat mereka lebih mungkin untuk berkomunikasi melalui tindakan fisik. Dalam situasi tertentu, seperti saat bermain di taman, tindakan seperti mendorong bisa dianggap wajar, kecuali jika itu menjadi pola perilaku yang berulang.
Baca Juga:
Perilaku agresif sering kali merupakan reaksi terhadap perasaan frustrasi yang dialami anak. Hal ini bisa terjadi akibat kelelahan, lapar, atau bahkan rasa kewalahan. “Mereka mungkin tidak tahu cara lain untuk mengekspresikan perasaan tersebut,” tambah Dr. Mudd.
Kapan Harus Khawatir?
Meskipun agresi fisik adalah hal yang umum di kalangan balita, orang tua harus mulai khawatir jika perilaku ini berlanjut hingga anak berusia sekitar tujuh tahun. Di usia ini, mereka seharusnya sudah memiliki keterampilan verbal yang cukup untuk mengomunikasikan perasaan mereka. Jika agresi fisik masih terjadi, terutama jika anak membahayakan diri sendiri atau orang lain, penting untuk mencari bantuan.
Dr. Mudd juga menekankan beberapa tanda peringatan yang perlu diwaspadai, seperti:
Kesulitan akademis.
Hubungan yang sulit dengan teman sebaya.
Gangguan yang sering terjadi di rumah.
Masalah dengan pola tidur atau makan.
Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa mungkin ada penyebab mendasar yang perlu diperhatikan. Masalah seperti ADHD, kecemasan, kesulitan belajar, dan autisme dapat memunculkan gejala yang tampak sebagai perilaku agresif.
Langkah Selanjutnya
Jika perilaku agresif berdampak pada kehidupan sehari-hari anak, Dr. Mudd merekomendasikan untuk segera mencari perawatan profesional. Diskusikan dengan dokter anak terlebih dahulu, yang kemudian dapat merujuk anak ke ahli kesehatan mental untuk diagnosis dan penanganan lebih lanjut.
Strategi untuk Mengelola Perilaku Agresif
Untuk membantu mengelola perilaku agresif pada balita, Dr. Mudd merekomendasikan beberapa strategi praktis bagi orang tua, antara lain:
Ajarkan Keterampilan Verbal: Dorong anak untuk menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan perasaan mereka, bukan tindakan fisik.
Modelkan Perilaku Positif: Tunjukkan cara mengatasi frustrasi dengan cara yang sehat dan positif.
Tetapkan Batasan yang Jelas: Jelaskan dengan tegas bahwa kekerasan tidak dapat diterima, dan ajarkan alternatif untuk menyampaikan rasa kesal atau frustrasi.
Beri Dukungan Emosional: Ciptakan lingkungan yang aman di mana anak merasa nyaman untuk berbagi perasaan mereka.
Dengan dukungan dan pemahaman yang tepat, orang tua dapat membantu anak mereka belajar mengelola emosi dengan cara yang sehat, mengurangi perilaku agresif, dan mendukung perkembangan sosial dan emosional mereka.
(n/014)
Tags
beritaTerkait
komentar