BREAKING NEWS
Kamis, 24 April 2025

Menelusuri Sejarah Ogoh-Ogoh dalam Perayaan Nyepi di Bali

Adelia Syafitri - Kamis, 24 April 2025 08:31 WIB
52 view
Menelusuri Sejarah Ogoh-Ogoh dalam Perayaan Nyepi di Bali
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

BITVONLINE.COM -Pada perayaan Hari Raya Nyepi, pawai ogoh-ogoh akan selalu menjadi pusat perhatian masyarakat Bali dan wisatawan.

Tradisi yang identik dengan patung-patung raksasa berwajah menyeramkan ini tidak hanya menjadi ajang kreativitas seni, tetapi juga sarat dengan makna spiritual dan simbolik yang mengakar kuat dalam budaya Hindu Bali.

Baca Juga:

Ogoh-ogoh merupakan representasi Bhuta Kala, simbol kekuatan destruktif alam dan waktu yang dalam ajaran Hindu Dharma harus dinetralisir untuk menciptakan keharmonisan.

Patung-patung ini diarak keliling desa pada malam sebelum Nyepi, dalam ritual yang dikenal sebagai ngerupuk.

Baca Juga:

Puncaknya, ogoh-ogoh dibakar sebagai bentuk penyucian dan penyeimbangan energi alam semesta.

Secara historis, istilah "ogoh-ogoh" berasal dari kata "ogah-ogah" dalam bahasa Bali, yang berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan, merujuk pada cara patung ini diarak.

Sejumlah sumber menyebut ogoh-ogoh telah dikenal sejak masa pemerintahan Dalem Balikang dan digunakan dalam upacara pitra yadnya.

Ada pula yang melacak akarnya pada tradisi Ngusaba Ngong-Nging di Desa Selat, Karangasem.

Kemunculan ogoh-ogoh dalam bentuk seperti saat ini mulai populer pada era 1970-an hingga 1980-an.

Kala itu, para seniman patung di Bali mulai beralih dari bahan keras ke bahan ringan seperti bambu, kertas, dan bahan daur ulang, guna menciptakan karya-karya besar yang mudah diarak.

Seiring penetapan Nyepi sebagai hari libur nasional pada tahun 1983, tradisi ogoh-ogoh semakin berkembang dan menjadi bagian integral dari perayaan Nyepi.

Kini, ogoh-ogoh tak hanya menggambarkan sosok Bhuta Kala atau makhluk mitologis seperti naga dan raksasa, tetapi juga mencerminkan fenomena sosial, politik, bahkan kritik terhadap tokoh publik.

Hal ini menjadikan ogoh-ogoh sebagai media ekspresi budaya yang dinamis, sekaligus sarana edukasi bagi generasi muda.

Tradisi ogoh-ogoh bukan sekadar tontonan, melainkan perwujudan nilai-nilai spiritual, solidaritas, dan pelestarian kearifan lokal.

Lewat kreativitas dan kekompakan komunitas, masyarakat Bali terus menghidupkan warisan budaya ini, menjadikannya simbol identitas dan kebanggaan budaya yang mendunia.*

Editor
: Adelia Syafitri
Tags
beritaTerkait
Bolehkah Berbicara Saat Nyepi? Simak Aturan dan Penjelasannya
Presiden Prabowo: Dumogi Ida Sang Hyang Widhi Wasa Memberikan Keberkahan di Hari Nyepi
Bali Hening Saat Nyepi 2025, Jalanan Kosong dan Udara Lebih Bersih
Umat Hindu Semarang Laksanakan Ibadah Tawur Kesanga Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947
Gibran: Pemerintah Pastikan Stok Bahan Pokok Aman Jelang Hari Besar
Jakarta Sepi! Bundaran HI hingga Sudirman Lengang di Hari Pertama Libur Lebaran
komentar
beritaTerbaru