BANDA ACEH -Duka menyelimuti Universitas Abulyatama (Unaya) Aceh setelah salah seorang anggota satuan tugas (Satgas), Wahidin, meninggal dunia usai mengamankan aksi unjuk rasa mahasiswa di lingkungan kampus.
Almarhum diketahui meninggalkan seorang istri dan lima orang anak.
"Satgas kami meninggal satu orang, yang meninggal namanya Wahidin, meninggalkan istri dan lima orang anak," ujar Rektor Unaya, Dr. Nurlis Effendi, Kamis (17/4) di Banda Aceh.
Selain korban jiwa, beberapa orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka dan saat ini tengah menjalani perawatan di RS Pertamedika, Banda Aceh.
Rektor menegaskan bahwa pihaknya tidak melarang aksi unjuk rasa selama dilakukan secara damai.
Namun, ia mengecam keras tindakan anarkis seperti pelemparan batu dan upaya mendobrak gerbang kampus.
"Mahasiswa menuntut agar hak-haknya untuk mendapatkan pendidikan dipenuhi, dan memang tuntutan mereka benar. Tapi saya mengecam unjuk rasa yang dilakukan secara anarkis," jelas Dr. Nurlis.
Aksi mahasiswa tersebut diduga dipicu oleh konflik internal antara pemilik yayasan dengan pihak kampus, serta perombakan sejumlah pejabat kampus yang berujung pada terhambatnya aktivitas belajar mengajar di Unaya.
Namun, Rektor menegaskan bahwa kampus tetap dibuka dan proses akademik tetap harus berjalan seperti biasa.
"Saya tidak pernah menutup kampus. Bahkan saya sudah membuat pengumuman agar kampus berjalan normal seperti biasa," tegasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pada saat aksi berlangsung, kampus dalam keadaan kosong, dan hanya diisi oleh tim Satgas bentukan pemilik yayasan, Rusli Bintang.