BREAKING NEWS
Minggu, 16 Maret 2025

Krayan Terisolasi: Penutupan Jalur Perbatasan dan Meningkatnya Harga Sembako di Dataran Tinggi Nunukan

Putri Purwita Sari - Sabtu, 01 Maret 2025 16:52 WIB
56 view
Krayan Terisolasi: Penutupan Jalur Perbatasan dan Meningkatnya Harga Sembako di Dataran Tinggi Nunukan
Penutupan Jalur Perbatasan
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

NUNUKAN - Kondisi dataran tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, semakin memprihatinkan akibat kerusakan akses jalan dan jembatan yang parah, terutama setelah musim penghujan.

Tak hanya itu, penutupan sementara jalur perbatasan Krayan-Malaysia di Bakelalan menambah beban kehidupan masyarakat setempat.

Penutupan jalan ini menyebabkan Krayan semakin terisolasi dan kesulitan dalam mendapatkan pasokan sembako.

Menurut Camat Krayan Induk, Ronny Firdaus, penutupan jalur perbatasan ini diberlakukan untuk perbaikan jalan yang mengalami kerusakan parah.

"Sempadan Malaysia – Krayan di Bakelalan ditutup sementara untuk perbaikan jalan," kata Ronny saat dihubungi pada Sabtu (1/3/2025).

Penutupan ini dimulai pada 27 Februari dan diperkirakan akan berlangsung hingga 3 Maret 2025.

Penutupan jalur perbatasan tersebut diinformasikan melalui surat resmi dari Kepala Kampung Puneng Kelalan, Sabah, Malaysia, Jackson Labu.

Surat tersebut menyampaikan pentingnya pemakluman terkait penutupan jalur ini agar tidak terjadi salah paham antarwarga perbatasan.

Akibat penutupan jalur perbatasan dan kerusakan infrastruktur yang parah, harga sembako di Krayan terus meroket.

Ronny Firdaus menyebutkan, harga gula pasir yang semula Rp 20.000 per kilogram kini menjadi Rp 23.000, minyak goreng yang tadinya Rp 20.000 per liter melonjak menjadi Rp 27.000, dan telur ayam yang sebelumnya Rp 70.000 per rak kini naik menjadi Rp 80.000.

"Harga ini untuk Kecamatan Krayan Induk yang paling dekat dengan Bakelalan. Harga akan semakin tinggi jika sudah sampai kecamatan lain," jelas Ronny.

Sebelumnya, kondisi Krayan yang semakin terpuruk juga memicu aksi demonstrasi warga adat Lundayeh pada Kamis (27/2/2025), yang menuntut perhatian pemerintah pusat terhadap krisis yang mereka alami.

Jalanan yang hancur, terutama di musim penghujan, mengakibatkan kendaraan terjebak di lumpur dan menghentikan aktivitas transportasi barang selama hampir dua bulan terakhir.

Selain itu, jembatan-jembatan yang rusak dan hanyut akibat banjir membuat akses antara desa-desa di Krayan dan kota terputus.

Kondisi ini memaksa warga untuk tidur di hutan saat melintasi jalanan yang rusak.

Masyarakat juga menghadapi kekurangan stok sembako, sementara barang-barang dari Malaysia tidak dapat masuk akibat akses perbatasan yang tertutup.

Selain masalah jalan, akses udara yang terbatas juga menjadi kendala besar.

Bandara Long Layu di Krayan Selatan yang masih berupa landasan pacu tanah sangat dibutuhkan untuk mengangkut sembako dan menyediakan transportasi medis bagi masyarakat.

Dalam aksi demonstrasi tersebut, Kepala Adat Krayan Hulu, Yasan Paren, menyampaikan enam tuntutan kepada pemerintah, antara lain pengaspalan jalan perbatasan, pembangunan jembatan permanen, peningkatan fasilitas Bandara Long Layu, penyediaan listrik 24 jam, dan pengusulan Krayan Raya sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB).

(km/p)

Editor
: Putri Purwita Sari
Tags
beritaTerkait
komentar
beritaTerbaru