Sedana menambahkan bahwa data tersebut belum mencakup sekolah-sekolah di bawah naungan Kementerian Agama, yang kemungkinan besar akan menambah angka siswa yang belum lancar membaca.
"Kami sudah komunikasi dengan Depag untuk pendataan lebih lanjut. Masalah ini bukan hanya di Buleleng saja, tapi di kabupaten lain juga pasti ada. Hanya saja, Buleleng yang berani mengungkapkannya duluan," tegasnya.
Ia mendorong agar Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) di seluruh kabupaten dan kota di Bali segera melakukan pendataan serupa.
Langkah awal ini dinilai penting untuk merumuskan kebijakan berbasis data dalam menangani persoalan literasi di tingkat SMP.
"Kita tidak ingin saling menyalahkan. Ini adalah masalah bersama. Tujuannya supaya publik sadar bahwa ini masalah serius, dan harus dihadapi bersama," pungkasnya.*