JAKARTA – Dalam upaya menjelajahi kompleksitas masalah pendidikan di Indonesia, calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, menyoroti adanya kebocoran anggaran pendidikan yang telah merembes hingga ke tingkat kabupaten. Dalam pandangannya, masalah ini tidak hanya merupakan kesalahan administratif semata, tetapi juga mencerminkan persoalan yang lebih dalam terkait dengan mentalitas dan budaya di dalam sistem pendidikan.
Menyadari bahwa kebocoran anggaran pendidikan telah menjadi masalah sistemik yang tidak dapat diabaikan, Prabowo menyuarakan kebutuhan untuk melakukan koreksi dan audit terhadap para pejabat hingga tingkat daerah. Langkah ini dianggapnya penting dalam rangka memberantas praktik-praktik korupsi dan penyelewengan anggaran yang merugikan pendidikan anak-anak Indonesia.
Sebelumnya, dalam konteks yang sama, capres nomor urut 1, Anies Baswedan, telah mengangkat isu yang tak kalah pentingnya terkait dengan sertifikasi guru. Anies menyoroti bahwa masih ada sekitar 1,6 juta guru yang belum tersertifikasi, mencerminkan ketidaksempurnaan dalam sistem pendidikan yang berdampak langsung pada kualitas pengajaran di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Perdebatan antara kedua capres ini menggarisbawahi kompleksitas dan tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dari keterbukaan kebocoran anggaran hingga persoalan sertifikasi guru, tantangan-tantangan ini menuntut pemikiran yang mendalam, langkah-langkah tindakan konkret, serta komitmen yang kuat dari pemerintah dan semua pemangku kepentingan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Dengan demikian, pernyataan dan tindakan dari kedua capres ini tidak hanya menjadi bagian dari perdebatan politik semata, tetapi juga mencerminkan pentingnya mendiskusikan dan menyelesaikan masalah-masalah mendasar dalam sistem pendidikan guna mencapai perubahan yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi masa depan pendidikan Indonesia.