BREAKING NEWS
Rabu, 12 Maret 2025

Indonesia Tetap Minat Bergabung dengan BRICS Meski Ancaman Tarif Tinggi dari Donald Trump

BITVonline.com - Senin, 02 Desember 2024 08:42 WIB
6 view
Indonesia Tetap Minat Bergabung dengan BRICS Meski Ancaman Tarif Tinggi dari Donald Trump
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA – Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, menegaskan bahwa Indonesia tetap pada rencana awal untuk bergabung dengan BRICS meskipun Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengancam akan menerapkan tarif hingga 100 persen bagi negara-negara anggota BRICS yang mendukung dedolarisasi atau menciptakan mata uang baru pengganti dolar AS.

“Masih (minat masuk BRICS), belum ada perubahan,” ungkap Sugiono saat menghadiri acara di Gedung Parlemen, Jakarta, pada Senin (2/12/2024). Sugiono menjelaskan bahwa ancaman Trump mengenai dedolarisasi tidak relevan dengan pembahasan yang terjadi pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Kazan, Rusia, Oktober lalu. “Pada saat KTT BRICS di Kazan itu tidak ada pembicaraan mengenai dedolarisasi. Kalau misalnya ada statement dari presiden terpilih Amerika Serikat seperti itu, ya, yang pasti pada saat KTT kemarin tidak dibicarakan,” ujar Sugiono.

Ancaman Trump muncul melalui unggahan di media sosial Truth Social pada Sabtu (30/11), di mana Trump memperingatkan bahwa AS akan mengenakan tarif tinggi hingga 100 persen bagi negara-negara BRICS yang mendukung pengurangan dominasi dolar AS atau menciptakan mata uang alternatif. “Kami menuntut komitmen agar negara-negara tersebut tidak melemahkan dolar AS, atau mereka harus menghadapi tarif tinggi dan kehilangan akses ke pasar AS,” tegas Trump dalam unggahannya.

Baca Juga:

Namun, Sugiono menegaskan bahwa ancaman ini tidak akan mempengaruhi keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS, kecuali jika ada ancaman nyata yang dapat merugikan kepentingan nasional. “Kalau misalnya itu merupakan sesuatu yang sifatnya mengancam kepentingan nasional, ya, kita bisa saja kan melihat kembali siklusnya seperti apa,” tambah Sugiono.

BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, serta negara-negara tambahan seperti Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab, belakangan ini gencar mendorong pengurangan ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional. Langkah ini dikenal dengan istilah dedolarisasi, yang bertujuan untuk mengurangi dominasi dolar dalam transaksi global dengan memprioritaskan penggunaan mata uang lokal.

Baca Juga:

Sugiono menyatakan bahwa Indonesia memiliki minat besar untuk bergabung dengan BRICS, yang juga merupakan bagian dari strategi Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat posisi Indonesia dalam kancah geopolitik global. “Kemarin pada saat KTT tidak ada pembicaraan mengenai dedolarisasi. Yang dibicarakan adalah situasi hubungan multilateral dan suasana geopolitik dunia saat ini,” jelas Sugiono.

Strategi ancaman tarif tinggi bukanlah hal baru bagi kebijakan luar negeri Trump. Sebelumnya, Trump juga menerapkan kebijakan serupa terhadap negara-negara seperti Meksiko, Kanada, dan China dalam upaya memperkuat posisi Amerika di pasar global. Meski demikian, posisi dolar AS sebagai mata uang cadangan global masih kuat dalam jangka pendek dan menengah, berdasarkan penelitian dari Atlantic Council.

Indonesia, meski menghadapi tantangan tersebut, tetap berfokus pada kepentingan nasional dan rencana untuk memperluas hubungan multilateral melalui BRICS, yang diyakini dapat memberikan manfaat ekonomi dan politik bagi Indonesia di masa depan.

(N/014)

Tags
beritaTerkait
Pastikan Ketersediaan BBM, LPG dan Beras Bupati Batu Bara Kunjungi SPBU, SPBE dan Kilang Padi
KPK Geledah Kantor Bank BJB Terkait Dugaan Korupsi Pengadaan Iklan
Satgas Pangan Polda Sumut Gelar Sidak Produk Minyakita di Medan, Temukan Tak Ada Pengurangan Takaran
Hukum dan Konsekuensi Tidak Membayar Zakat Fitrah: Apa yang Perlu Diketahui?
M. Ichwan Ridwan, Komisaris PT. Jaktour terima Rekan Indonesia Award
Tiromsi, Dosen Pembunuh Suami, Gunakan Nama Kontak "Benalu Kopi Predator Jahat" untuk Rusman Situngkir
komentar
beritaTerbaru