
Sedekah Keliling Polres Tapsel Di Minggu Terakhir Bulan Suci Ramadhan 1446 H
TAPANULI SELATAN Di minggu terakhir bulan suci Ramadhan 1446 H Kapolres Tapanuli Selatan AKBP Yasir Ahmadi, S.I.K., M.H. melaksanakan Keg
KomunitasOleh:Susan Sovia
BULAN Ramadan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga momentum refleksi untuk meningkatkan kualitas diri. Puasa, sebagai salah satu Rukun Islam, memiliki tujuan utama mendekatkan diri kepada Allah serta melatih pengendalian diri dalam mengelola hawa nafsu (Melani, Ali, 2023). Lebih dari sekadar menahan lapar dan dahaga, puasa adalah sarana pendidikan spiritual, moral, dan sosial yang dapat membentuk karakter seseorang menjadi lebih baik.
Secara spiritual, umat Islam didorong untuk meningkatkan ibadah seperti salat Tarawih, membaca Al-Qur'an, serta beriktikaf di 10 malam terakhir sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah. Dari aspek moral, Ramadan menjadi kesempatan untuk melatih disiplin, kesabaran, dan memperbanyak amal kebaikan. Adapun dalam konteks sosial, bulan suci ini menumbuhkan empati dan kepedulian terhadap sesama, terutama bagi mereka yang hidup dalam kondisi kurang beruntung.
Baca Juga:
Karena itu, nilai-nilai Ramadan tidak hanya berfungsi dalam lingkup ibadah individu, tetapi juga dapat diintegrasikan dalam pendidikan untuk membentuk kesadaran akan keadilan sosial. Sekolah memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai itu melalui pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpikir kritis terhadap realitas sosial, juga memahami berbagai bentuk ketidakadilan yang masih terjadi di masyarakat.
PENDIDIKAN KESADARAN AKAN KETIDAKADILAN
Baca Juga:
Meskipun Ramadan sering dikaitkan dengan semangat kebersamaan dan kepedulian, ketimpangan sosial tetap nyata terlihat. Kesenjangan ekonomi, eksploitasi pekerja, meningkatnya beban kerja domestik bagi perempuan, serta ketidakadilan dalam akses kesehatan adalah beberapa contoh yang masih terjadi di bulan suci ini. Misalnya, kenaikan harga kebutuhan pokok membuat masyarakat berpenghasilan rendah semakin kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Di sisi lain, kelompok masyarakat yang lebih mampu menikmati hidangan berbuka yang berlimpah bahkan berujung pada pemborosan makanan.
Ketimpangan gender juga menjadi isu penting. Perempuan sering kali dibebani tanggung jawab domestik yang lebih besar selama Ramadan karena stereotipe gender yang menganggap mereka harus memenuhi peran sebagai istri dan ibu yang sempurna. Beban ini semakin berat ketika tidak ada kesadaran akan perlunya pembagian tugas yang adil dalam keluarga.
Menurut Michael Walzer, sebagaimana dikutip Yulianus Evantus Hamat dkk (2024), ketidakadilan terjadi ketika distribusi sumber daya tidak merata dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, politik, dan budaya. Di sisi lain, Amartya Sen (dalam Yulianus Evantus Hamat dkk, 2024) menekankan bahwa ketidakadilan muncul ketika individu tidak memiliki akses yang memadai untuk mencapai kesejahteraan dan menjalani kehidupan yang mereka pilih. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu membangun pemahaman kritis terhadap berbagai bentuk ketidakadilan agar siswa dapat meresponsnya dengan tindakan nyata.
Paulo Freire (1972) dalam Pedagogy of the Oppressed menyatakan bahwa pendidikan tidak sekadar transfer ilmu, tetapi juga alat untuk membebaskan individu dari penindasan. Pendidikan yang membangun critical consciousness atau kesadaran kritis akan membantu siswa mengenali ketidakadilan, memahami dampaknya, dan mendorong mereka untuk mengambil peran aktif dalam memperjuangkan keadilan sosial.
INTEGRASI NILAI-NILAI RAMADAN DALAM PENDIDIKAN
Spirit Ramadan mengajarkan bahwa kesejahteraan tidak hanya milik sekelompok orang, tetapi juga hak setiap individu yang harus dijaga. Islam menegaskan pentingnya keadilan sosial, seperti yang tertuang dalam QS An-Nahl: 90, bahwa keadilan bukan sekadar konsep, melainkan juga perintah Ilahi yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata. Ramadan seharusnya menjadi ajang untuk menumbuhkan kepedulian sosial, menanamkan empati, serta mendorong aksi nyata dalam membantu mereka yang mengalami ketidakadilan.
Pendidikan kesadaran akan ketidakadilan dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah dengan berbagai cara. Guru dapat mengajak siswa berdiskusi tentang isu-isu sosial seperti kemiskinan, diskriminasi, dan ketimpangan akses pendidikan. Selain itu, proyek sosial seperti community service selama Ramadan dapat menjadi sarana bagi siswa untuk terlibat langsung dalam membantu masyarakat yang kurang beruntung. Di Sekolah Sukma Bangsa, misalnya, program ini telah menjadi agenda tahunan yang bertujuan menanamkan empati dan rasa tanggung jawab sosial di kalangan siswa.
Mata pelajaran seperti Sejarah, Sosiologi, PPKn, dan Pendidikan Agama Islam juga dapat digunakan sebagai media untuk mendiskusikan perjuangan tokoh-tokoh yang membela keadilan, baik di Indonesia maupun di dunia, seperti Ki Hadjar Dewantara, Kartini, Nelson Mandela, dan Mahatma Gandhi. Dengan memahami perjuangan mereka, siswa akan lebih terdorong untuk memperjuangkan keadilan di lingkungan mereka sendiri.
Malam Lailatulqadar pun bisa dimanfaatkan sebagai refleksi terhadap ketidakadilan sosial. Siswa dapat diajak untuk merenungkan bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil, baik melalui tindakan kecil seperti berbagi makanan dan sedekah maupun keterlibatan dalam gerakan sosial yang lebih besar.
Penting juga bagi sekolah untuk melibatkan orangtua dalam pendidikan kesadaran akan ketidakadilan. Orangtua dapat berperan dengan mengajak anak-anak berdiskusi tentang isu sosial yang ada di lingkungan sekitar, menjadi teladan dalam bersikap adil, serta memastikan bahwa nilai-nilai kesetaraan diterapkan dalam keluarga.
Namun, tantangan utama dalam menerapkan pendidikan ini ialah kurangnya sumber daya dan pemahaman yang cukup dari pendidik. Oleh sebab itu, diperlukan dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait melalui pelatihan serta program pertukaran guru (teacher exchange). Program ini dapat menjadi solusi agar sekolah yang telah berhasil menerapkan pendidikan kesadaran akan ketidakadilan dapat berbagi pengalaman dengan sekolah lain, sehingga pendidikan yang lebih adil dan merata dapat terwujud.
Ketika pendidikan mampu membangun kesadaran akan ketidakadilan, kita bukan hanya menciptakan generasi yang berilmu, melainkan juga generasi yang memiliki keberpihakan terhadap kemanusiaan. Ramadan tidak hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menumbuhkan kepedulian dan keberanian untuk memperjuangkan keadilan di sekitar kita.
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Ramadan dalam pendidikan, kita dapat mencetak individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kesadaran moral dan sosial yang tinggi. Dengan demikian, Ramadan dapat menjadi momentum bagi sekolah, keluarga, dan masyarakat untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih adil dan berkeadilan. (mediaindonesia.com)
*)Wakil Direktur Kerja Sama Antarlembaga Yayasan Sukma.
TAPANULI SELATAN Di minggu terakhir bulan suci Ramadhan 1446 H Kapolres Tapanuli Selatan AKBP Yasir Ahmadi, S.I.K., M.H. melaksanakan Keg
KomunitasTAPANULI SELATAN Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) di bawah kepemimpinan Bupati H. Gus Irawan Pasaribu dan Wakil Bupati H. Jaf
PemerintahanBATUBARA Dalam rangka menyemarakkan bulan suci Ramadhan, Kepala Desa Pahang Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Sumatra Utara Faisal Am
KomunitasMEDAN Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Muhammad Bobby Afif Nasution menargetkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut dapat meraih opini Waja
EkonomiMEDAN Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) melalui Dinas Perhubungan (Dishub) bersama instansi terkait, melaksanakan ram
PeristiwaPEMATANGSIANTAR Puluhan mahasiswa Universitas Simalungun menggelar aksi unjuk rasa menolak UndangUndang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI
NasionalSEMARANG Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jawa Tengah menetapkan seorang anggota polisi berinisial Brigadir AK sebagai
Hukum dan KriminalJAWA TIMUR Seorang petani asal Desa Kaligede, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Aziz Riswanto, menjadi korban dugaan penipuan
Hukum dan KriminalTANJUNG BALAI Seorang warga Tanjung Balai bernama Rahmadi (34) yang sebelumnya ditangkap Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumut atas dugaan
Hukum dan KriminalMEDAN Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) bersama Polres jajaran memperketat pengamanan tempat ibadah menjelang perayaan Idulfit
Nasional