BREAKING NEWS
Rabu, 26 Maret 2025

Ramadan dan Pendidikan Kesadaran akan Ketidakadilan

Redaksi - Senin, 24 Maret 2025 09:15 WIB
68 view
Ramadan dan Pendidikan Kesadaran akan Ketidakadilan
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Oleh:Susan Sovia

BULAN Ramadan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga momentum refleksi untuk meningkatkan kualitas diri. Puasa, sebagai salah satu Rukun Islam, memiliki tujuan utama mendekatkan diri kepada Allah serta melatih pengendalian diri dalam mengelola hawa nafsu (Melani, Ali, 2023). Lebih dari sekadar menahan lapar dan dahaga, puasa adalah sarana pendidikan spiritual, moral, dan sosial yang dapat membentuk karakter seseorang menjadi lebih baik.

Secara spiritual, umat Islam didorong untuk meningkatkan ibadah seperti salat Tarawih, membaca Al-Qur'an, serta beriktikaf di 10 malam terakhir sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah. Dari aspek moral, Ramadan menjadi kesempatan untuk melatih disiplin, kesabaran, dan memperbanyak amal kebaikan. Adapun dalam konteks sosial, bulan suci ini menumbuhkan empati dan kepedulian terhadap sesama, terutama bagi mereka yang hidup dalam kondisi kurang beruntung.

Baca Juga:

Karena itu, nilai-nilai Ramadan tidak hanya berfungsi dalam lingkup ibadah individu, tetapi juga dapat diintegrasikan dalam pendidikan untuk membentuk kesadaran akan keadilan sosial. Sekolah memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai itu melalui pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpikir kritis terhadap realitas sosial, juga memahami berbagai bentuk ketidakadilan yang masih terjadi di masyarakat.

PENDIDIKAN KESADARAN AKAN KETIDAKADILAN

Baca Juga:

Meskipun Ramadan sering dikaitkan dengan semangat kebersamaan dan kepedulian, ketimpangan sosial tetap nyata terlihat. Kesenjangan ekonomi, eksploitasi pekerja, meningkatnya beban kerja domestik bagi perempuan, serta ketidakadilan dalam akses kesehatan adalah beberapa contoh yang masih terjadi di bulan suci ini. Misalnya, kenaikan harga kebutuhan pokok membuat masyarakat berpenghasilan rendah semakin kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Di sisi lain, kelompok masyarakat yang lebih mampu menikmati hidangan berbuka yang berlimpah bahkan berujung pada pemborosan makanan.

Ketimpangan gender juga menjadi isu penting. Perempuan sering kali dibebani tanggung jawab domestik yang lebih besar selama Ramadan karena stereotipe gender yang menganggap mereka harus memenuhi peran sebagai istri dan ibu yang sempurna. Beban ini semakin berat ketika tidak ada kesadaran akan perlunya pembagian tugas yang adil dalam keluarga.

Menurut Michael Walzer, sebagaimana dikutip Yulianus Evantus Hamat dkk (2024), ketidakadilan terjadi ketika distribusi sumber daya tidak merata dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, politik, dan budaya. Di sisi lain, Amartya Sen (dalam Yulianus Evantus Hamat dkk, 2024) menekankan bahwa ketidakadilan muncul ketika individu tidak memiliki akses yang memadai untuk mencapai kesejahteraan dan menjalani kehidupan yang mereka pilih. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu membangun pemahaman kritis terhadap berbagai bentuk ketidakadilan agar siswa dapat meresponsnya dengan tindakan nyata.

Paulo Freire (1972) dalam Pedagogy of the Oppressed menyatakan bahwa pendidikan tidak sekadar transfer ilmu, tetapi juga alat untuk membebaskan individu dari penindasan. Pendidikan yang membangun critical consciousness atau kesadaran kritis akan membantu siswa mengenali ketidakadilan, memahami dampaknya, dan mendorong mereka untuk mengambil peran aktif dalam memperjuangkan keadilan sosial.

INTEGRASI NILAI-NILAI RAMADAN DALAM PENDIDIKAN

Spirit Ramadan mengajarkan bahwa kesejahteraan tidak hanya milik sekelompok orang, tetapi juga hak setiap individu yang harus dijaga. Islam menegaskan pentingnya keadilan sosial, seperti yang tertuang dalam QS An-Nahl: 90, bahwa keadilan bukan sekadar konsep, melainkan juga perintah Ilahi yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata. Ramadan seharusnya menjadi ajang untuk menumbuhkan kepedulian sosial, menanamkan empati, serta mendorong aksi nyata dalam membantu mereka yang mengalami ketidakadilan.

Pendidikan kesadaran akan ketidakadilan dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah dengan berbagai cara. Guru dapat mengajak siswa berdiskusi tentang isu-isu sosial seperti kemiskinan, diskriminasi, dan ketimpangan akses pendidikan. Selain itu, proyek sosial seperti community service selama Ramadan dapat menjadi sarana bagi siswa untuk terlibat langsung dalam membantu masyarakat yang kurang beruntung. Di Sekolah Sukma Bangsa, misalnya, program ini telah menjadi agenda tahunan yang bertujuan menanamkan empati dan rasa tanggung jawab sosial di kalangan siswa.

Editor
: Adelia Syafitri
Tags
beritaTerkait
Manfaat Minum Teh Saat Berbuka Puasa: Menyegarkan dan Sehat, Ini yang Perlu Diperhatikan
Jadwal Buka Puasa Ramadan 1446 H untuk Kota Medan dan Seluruh Sumatera Utara, 25 Maret 2025
Ditbinmas Polda Jambi Gelar Buka Puasa Bersama Anak Yatim
Tapsel Bangkit: Bupati Gus Irawan Pasaribu Optimistis Hadapi Tantangan Keuangan
Malam Ke 25 Ramadhan: Memahami Hakikat Lapar Didalam Al-Quran dan Hadist
Jadwal Buka Puasa Ramadan di Medan dan Sumut, 24 Maret 2025: Waktu Magrib dan Isya
komentar
beritaTerbaru