JAKARTA – Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran, Dina Sulaeman, mengingatkan pemerintah untuk lebih waspada terhadap perkembangan narasi “jihad” yang dapat membahayakan stabilitas Indonesia, terutama setelah kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) menduduki wilayah di Suriah. Dina menjelaskan bahwa keberhasilan HTS di Suriah dapat memicu potensi munculnya radikalisasi baru di Indonesia, mengingat banyaknya simpatisan dari kelompok ekstrem seperti ISIS, HTS, dan Free Syrian Army (FSA) yang memiliki pengaruh di dalam negeri.
“Rekomendasi saya kepada pemerintah, yang pertama adalah pengawasan terhadap gerakan-gerakan ini harus diperkuat. Pemerintah perlu lebih sensitif terhadap berkembangnya narasi-narasi yang mendukung gerakan jihad di Suriah,” ujarnya saat dihubungi, Sabtu (14/12/2024).
Pakar tersebut menekankan pentingnya pengawasan yang lebih ketat terhadap aktivitas di media sosial, mengingat narasi-narasi ekstrem ini sudah banyak tersebar di dunia maya, yang dapat memengaruhi simpatisan di Indonesia. Menurutnya, meskipun perang di Suriah berlangsung sejak 2012, sel-sel simpatisan yang mendukung pemberontakan tersebut masih terus ada dan bisa berkembang lagi seiring dengan momentum kemenangan HTS. Hal ini dapat memberikan inspirasi bagi kelompok pendukung mereka di Indonesia, yang tetap mendukung aksi-aksi HTS meskipun pemimpin mereka, Mohammed Al Julani, baru-baru ini menyatakan telah keluar dari keanggotaan ISIS.”Kelompok-kelompok ini terus menyebarkan ideologi mereka, dan meskipun ada perubahan pada struktur internal mereka, tetap ada potensi untuk menanamkan ideologi radikal di dalam negeri,” tambah Dina.Dina juga menyoroti adanya kekhawatiran bahwa dana bantuan kemanusiaan yang dikumpulkan oleh masyarakat Indonesia dapat disalurkan ke daerah-daerah yang dikuasai oleh HTS, seperti Idlib, Suriah, yang menjadi markas utama kelompok tersebut. Sebelumnya, beberapa lembaga penggalang dana untuk korban perang di Suriah diketahui terlibat dalam penyaluran dana tersebut ke wilayah yang dikuasai HTS, yang kemudian sempat menjadi perhatian aparat keamanan Indonesia.
(JOHANSIRAIT)