Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung
bitvonline.com">bitvonline.com Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sekaligus Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, mengungkapkan bahwa sekitar 60.000 buruh telah terkena bitvonline.com/tag/pemutusan-hubungan-kerja/" target="_blank">Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) selama dua bulan terakhir, yaitu Januari dan Februari 2025.
Mayoritas perusahaan yang melakukan PHK berdomisili di beberapa wilayah Indonesia, termasuk Kabupaten Bandung Barat, Bogor, Tangerang, Bekasi, Lampung, Cirebon, Pasuruan, Surabaya, Gresik, Pekalongan, Tangerang, Jakarta Utara, Bandung, Jakarta Timur, Sukoharjo, Semarang, Boyolali, Garut, dan Indragiri Hilir.
Said Iqbal menjelaskan bahwa mayoritas PHK disebabkan oleh perusahaan yang mengalami kebangkrutan atau status pailit.
Baca Juga:
"Dari laporan kami, 60.000 buruh di-PHK dalam dua bulan, dengan penyebab yang bermacam-macam. Salah satunya adalah perusahaan yang sudah dicap pailit.
Dari 50 perusahaan yang melakukan PHK, 15 di antaranya berstatus pailit," ungkap Said Iqbal kepada wartawan di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta, Kamis (20/3/2025).
Baca Juga:
Lebih lanjut, Said menjelaskan bahwa sekitar 30.000 buruh yang terkena PHK berasal dari perusahaan yang berstatus pailit, yang mencakup sekitar setengah dari total buruh yang terdampak.
Penyebab kedua dari PHK ini adalah efisiensi internal yang dilakukan oleh perusahaan, serta relokasi perusahaan ke luar negeri, khususnya ke China.
"Penyebab ketiga adalah relokasi ke China, terutama pada perusahaan-perusahaan yang sebelumnya mendapatkan investasi asing, seperti dari Jepang," tambah Said.
Said Iqbal juga menyoroti penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merosot hingga 6 persen, serta dampaknya terhadap daya beli masyarakat.
Menurutnya, penurunan daya beli ini akan mempengaruhi konsumsi barang, yang pada gilirannya menurunkan produksi barang, sehingga berdampak pada sektor buruh.
"Ini harus diperhatikan oleh pemerintah. Jika daya beli turun, konsumsi barang akan menurun, dan akhirnya produksi juga menurun," pungkas Said.
(kp/n14)
Tags
beritaTerkait
komentar