BREAKING NEWS
Senin, 24 Februari 2025

Puluhan Siswa di Asahan Bertaruh Nyawa Menyeberangi Sungai Demi Sekolah

Redaksi - Selasa, 18 Februari 2025 19:46 WIB
237 view
Puluhan Siswa di Asahan Bertaruh Nyawa Menyeberangi Sungai Demi Sekolah
Kondisi anak-anak Labuhan Batu, Sei Paham, Kab. Asahan saat berangkat sekolah untuk mendapat pendidikan.
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

SUMUT -Demi menempuh pendidikan, puluhan siswa di Desa Sei Paham, Kecamatan Sei Kepayang, Kabupaten Asahan, harus bertaruh nyawa setiap hari dengan mengarungi Sungai Asahan menggunakan sampan.

Puluhan perahu kecil milik para siswa berjejer di tepi anak sungai di Dusun IX, Desa Sei Paham. Sampan-sampan ini menjadi satu-satunya sarana transportasi bagi mereka untuk mencapai sekolah, yakni Taman Pendidikan Islam (Tampis) Sei Kepayang. Meskipun perjalanan mereka penuh risiko, semangat para siswa untuk menuntut ilmu tetap tinggi.

Baca Juga:

Perjalanan Berbahaya yang Sudah Biasa

Baca Juga:

Farids Marpaung, seorang siswa kelas tiga SD yang tinggal di Dusun XVII, Desa Sei Paham, mengaku lebih memilih menggunakan sampan karena lebih cepat dan murah dibanding jalur darat.

"Sudah biasa naik sampan. Tidak takut lagi karena kami pergi beramai-ramai dengan teman-teman," ujar Farids, Selasa (18/2/2025).

Menurutnya, ongkos naik sampan hanya sekitar Rp3.000, jauh lebih murah dibandingkan perjalanan darat yang memerlukan kendaraan bermotor. Selain itu, kondisi jalan yang rusak dan sulit dilewati menjadi alasan tambahan bagi para siswa untuk memilih jalur sungai.

Kekhawatiran Orang Tua

Orang tua siswa, Nurhaji, mengaku sering mengantar dan menunggu anaknya di sekolah demi memastikan keselamatan mereka. Ia khawatir jika sang anak harus bepergian sendiri dengan sampan.

"Setiap hari begini, naik perahu. Saya tunggu anak saya sampai pulang. Kadang ada juga yang numpang," ujar Nurhaji.

Perjalanan dari rumah ke tempat parkir sampan membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Jika memilih jalur darat, perjalanan akan memakan waktu lebih lama, sekitar 45 menit.

Solidaritas di Tengah Kesulitan

Namun, perjalanan menggunakan sampan tidak selalu mulus. Beberapa waktu lalu, sebuah video viral memperlihatkan para siswa harus membantu teman mereka yang mengalami kerusakan mesin perahu. Dengan penuh solidaritas, mereka menarik perahu tersebut hingga ke halaman rumah.

Akibat kejadian itu, siswa yang perahunya rusak tidak dapat pergi ke sekolah. Pihak sekolah pun memberikan dispensasi bagi mereka yang mengalami kendala transportasi.

"Sekolah memberikan kelonggaran bagi siswa yang mengalami kendala. Jika terlambat, mereka hanya diberikan hukuman ringan seperti memungut sampah, bukan dimarahi," ujar Meilida Senja, wali kelas 3 SD Taman Pendidikan Islam, Sei Kepayang.

Menurut Meilida, setidaknya ada 30 siswa yang menggunakan sampan setiap hari untuk bersekolah. Namun, semangat mereka tidak luntur meskipun menghadapi berbagai rintangan.

"Mereka tetap giat bersekolah. Tidak ada yang malas, kecuali saat hujan atau mengalami kerusakan mesin," tambahnya.

Tradisi Turun-Temurun

Kepala Desa Sei Paham, Japilian, mengatakan bahwa kebiasaan bersekolah menggunakan sampan telah berlangsung sejak lama. Hal ini merupakan tradisi yang diwarisi dari generasi ke generasi.

"Sejak zaman nenek kami dulu, berangkat sekolah menggunakan sampan sudah menjadi kebiasaan. Dulu bahkan tidak ada mesin, harus mendayung sendiri," ungkap Japilian.

Senada dengan Japilian, Kepala Dusun XVII Sei Paham, Safari Simangunsong, juga menyatakan bahwa penggunaan sampan bukanlah hal baru bagi masyarakat setempat.

"Dulu pun kami seperti ini, hanya saja sekarang lebih modern dengan adanya mesin," katanya.

Pembangunan Infrastruktur Tidak Serta-Merta Mengubah Kebiasaan

Pemerintah telah berupaya membangun infrastruktur untuk memudahkan akses pendidikan di wilayah tersebut. Pada tahun 2016, sebuah jembatan dibangun untuk menghubungkan Dusun XVII dengan pusat Kecamatan Sei Kepayang. Sebagian jalan juga telah dicor beton, meskipun masih ada beberapa kilometer yang belum diperbaiki.

"Tahun 2025 ini, rencananya sisa jalan tanah akan dikerjakan," ujar Japilian.

Namun, meskipun infrastruktur telah dibangun, kebiasaan masyarakat menggunakan sampan masih tetap bertahan. Alasannya, jalur sungai dianggap lebih efisien, terutama saat musim hujan.

Fenomena siswa yang harus menyeberangi sungai menggunakan sampan demi mendapatkan pendidikan ini menggambarkan semangat juang yang luar biasa. Namun, di sisi lain, hal ini juga menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dalam memastikan akses pendidikan yang lebih aman dan nyaman bagi generasi muda di Sei Kepayang.

(tb/a)

Editor
: Redaksi
Tags
beritaTerkait
Satryo Soemantri Brodjonegoro Resmi Mundur dari Jabatan Mendiktisaintek
Lestari Moerdijat Tekankan Pentingnya Penguatan Nilai Kebangsaan untuk Generasi Muda
SNBP 2025 Resmi Dibuka! Simak Cara Daftar dan Jadwal Lengkapnya
Unpad Belum Ambil Sikap Soal Izin Kelola Tambang bagi Perguruan Tinggi
Menkeu: Anggaran Beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah Tidak Dipotong
Ratusan Siswa SMK Negeri 10 Medan Gagal Ikut SNBP, DPRD Sumut Gelar Rapat Dengar Pendapat
komentar
beritaTerbaru