Iran – Iran melaksanakan latihan pertahanan udara pada Sabtu (11/1/2025) sebagai bagian dari persiapan untuk menghadapi ancaman yang semakin meningkat dari Israel dan Amerika Serikat (AS). Latihan ini merupakan bagian dari program dua bulan yang dimulai pada 4 Januari 2025, dengan fokus pada penguatan pertahanan terhadap potensi serangan udara, rudal, dan peperangan elektronik.
Dalam latihan tersebut, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) berfokus pada perlindungan instalasi nuklir utama di Natanz. Latihan tersebut mencakup simulasi serangan tiruan menggunakan rudal dan pesawat nirawak (drone), dengan sistem pertahanan yang dilatih untuk menghadapinya dalam kondisi medan perang yang sesungguhnya. Menurut laporan televisi pemerintah Iran, latihan ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan negara terhadap ancaman eksternal.
Latihan ini digelar di tengah ketegangan yang semakin meningkat antara Iran dengan AS, terutama setelah terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS. Kebijakan tekanan maksimum yang diterapkan oleh Trump, termasuk sanksi ekonomi yang lebih ketat, diperkirakan akan semakin memperburuk kondisi ekonomi Iran yang sudah tertekan. Sanksi tersebut juga menghambat kemampuan Iran untuk memperluas program nuklirnya, meskipun negara tersebut tetap menyatakan bahwa program nuklirnya bersifat damai.
Iran juga menggunakan kesempatan ini untuk menunjukkan kekuatan militernya, meskipun ada keraguan mengenai efektivitasnya setelah mengalami kemunduran di Suriah dan serangan Israel terhadap kelompok militan yang didukung oleh Iran, seperti Hamas dan Hizbullah.
Di sisi lain, meskipun AS tidak mengungkapkan strategi militernya, Trump membuka kemungkinan serangan udara terhadap situs nuklir Iran yang semakin dekat dengan tahap pengayaan uranium. Pemerintah Iran tetap menegaskan bahwa program nuklirnya bertujuan untuk tujuan damai, meskipun terdapat indikasi bahwa mereka mungkin sedang mengembangkan senjata nuklir.