Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung
JAKARTA – Stroke menjadi penyebab kematian tertinggi nomor tiga di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, setiap tahun terdapat sekitar 550.000 pasien baru stroke di tanah air. Penyakit ini sering dikaitkan dengan gaya hidup, terutama asupan nutrisi yang dikonsumsi. Stroke sendiri bukan penyakit menular, melainkan kondisi yang terjadi akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah, yang mengakibatkan gangguan fungsi otak.
Ada dua jenis stroke yang sering dialami pasien saat ini, yaitu stroke iskemik akibat sumbatan pembuluh darah dan stroke hemoragik akibat pecahnya pembuluh darah. Gejala stroke dapat dikenali dengan mudah menggunakan singkatan “SeGeRa ke RS”. Menurut dr. Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi, AIFO-K, Medical General Manager PT Kalbe Farma Tbk, gejala stroke meliputi:
Se: Senyum tidak simetris (salah satu sisi wajah turun).
Baca Juga:
Ge: Gerak separuh badan lemah.
Ra: Bicara tidak jelas.
Baca Juga:
Ke: Kebas pada badan.
R: Rambun atau hilang penglihatan mendadak.
S: Sakit kepala hebat atau berlebihan.
Dr. Dedy juga mengingatkan bahwa semakin cepat stroke ditangani, semakin minimal terjadinya gejala sisa. “Golden period-nya itu sampai 4,5 jam, jadi idealnya pasien sudah ditangani dalam waktu tersebut,” ujar dr. Dedy dalam acara Live Instagram @ptkalbefarmatbk. Pola makan yang tidak sehat menjadi salah satu penyebab utama terjadinya stroke.
Makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan penyempitan dan kekakuan pembuluh darah, serta meningkatkan peradangan pada pembuluh darah. Hal ini dapat mempermudah pembuluh darah pecah atau tersumbat, yang berisiko memicu stroke. Pasien stroke juga harus mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kondisi mereka.
“Pejuang stroke wajib mengonsumsi makanan yang mudah dikunyah, karena kelumpuhan otot membuat mereka kesulitan mengunyah. Sebaiknya diberikan makanan yang lunak atau cair. Jika nutrisi tidak bisa terpenuhi dari makanan sehari-hari, suplemen nutrisi dapat menjadi pilihan,” kata dr. Dedy.
Disfagia, kesulitan menelan, menjadi masalah yang umum dialami oleh 24-53 persen pasien stroke. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan malnutrisi, yang pada gilirannya akan menghambat proses pemulihan. Nutrisi yang tepat sangat dibutuhkan pasien stroke untuk mendukung aktivitas fisik dan terapi yang diperlukan.
Dr. Dedy menambahkan beberapa hal terkait pola makan pasien stroke. Setelah serangan stroke, berikan makanan cair untuk menghindari kesulitan mengunyah. Kelumpuhan pada otot kerongkongan berisiko menyebabkan tersedak yang bisa memicu infeksi saluran pernapasan. Makanan yang diberikan harus mengandung protein untuk mendukung perkembangan otot dan serat untuk mengatur kadar gula darah dan kolesterol jahat.(TRBN)
(CHRISTIE)
beritaTerkait
komentar