Indira juga menyebutkan bahwa AM dan temannya berboncengan dengan motor melintasi Jembatan Batang Kuranji pada Minggu dini hari ketika mereka dihampiri dan ditendang oleh polisi hingga terjatuh. Saksi mata menyebutkan bahwa setelah jatuh, Afif dikelilingi oleh beberapa polisi yang memegang rotan.
Tangis dan Harapan Keadilan
Tangis pilu mewarnai rumah duka di Padang. Ayah Afif, Rinal, yang melihat jenazah putranya dengan banyak luka lebam dan jejak sepatu di perut, tidak bisa menerima penjelasan polisi bahwa anaknya tewas karena tawuran. “Luka lebam banyak, di perut, di punggung, di pinggang, perut seperti jejak sepatu besar, tangan habis luka lebam,” tuturnya dengan suara bergetar.
Rinal dan keluarganya menuntut keadilan. Mereka meminta agar Kapolri, Kapolda Sumbar, dan Kapolresta Padang mengusut tuntas kasus ini secara terbuka dan mengadili pelaku sesuai hukum yang berlaku. “Saya tidak terima anak saya dianiaya terus ditaruh di bawah jembatan. Siapa tahu kalau dibawa ke rumah sakit nyawanya bisa tertolong. Kami tidak terima anak saya begini,” pungkas Rinal.
Penutup
Kematian Afif Maulana adalah tragedi yang mendalam bagi keluarganya dan masyarakat sekitar. Kasus ini menjadi cerminan betapa pentingnya transparansi dan keadilan dalam penegakan hukum. Keluarga korban berharap agar kasus ini segera terungkap dan pelakunya mendapatkan hukuman yang setimpal. Mereka juga berharap agar peristiwa serupa tidak terulang di masa depan.