“Eropa dan Amerika Serikat sangat membutuhkan material baterai berbasis nikel,” katanya. Anin menilai bahwa investasi AS di sektor kendaraan listrik (EV) membuka peluang besar bagi Indonesia sebagai pemasok perangkat keras dengan rantai pasokan yang berkelanjutan dan efisien. “Kita belum memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan AS, tetapi ini dapat menjadi potensi keuntungan dan kerja sama saling menguntungkan,” tambahnya.
Menurut Anindya, Indonesia memiliki cadangan mineral strategis, dengan 22 persen cadangan nikel dunia berada di Indonesia, serta timah, tembaga, dan bauksit yang masuk lima besar global. Dari sisi energi, potensi energi terbarukan mencakup panas bumi, hidro, tenaga surya, dan angin. Pemerintah menargetkan kapasitas pembangkit listrik sebesar 100 gigawatt dalam 15 tahun, dengan 75 persen dari energi terbarukan.
Anindya juga menyoroti kekayaan biodiversitas Indonesia yang mendukung potensi penyerapan karbon hingga 500 gigaton. Dengan populasi 285 juta jiwa dan pasar Asia Tenggara mencapai 800 juta jiwa, Indonesia menjadi pemain strategis dalam ekosistem EV.