Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung
BITVONLINE.COM- Iran dengan tegas membantah tuduhan yang mengatakan bahwa mereka merencanakan pembunuhan terhadap Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Menanggapi klaim yang dilontarkan oleh Washington, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyebut tuduhan tersebut sebagai sebuah “komedi kelas tiga,” yang dibuat-buat tanpa dasar yang jelas.
“Tudingan seperti ini adalah cerita fiktif yang sama sekali tidak ada dalam kenyataan. Ini adalah skenario yang ditulis oleh orang-orang yang ingin memperburuk hubungan antara Iran dan AS,” ungkap Araghchi dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, seperti dilansir oleh Reuters, Minggu (10/11/2024).
Tuduhan ini bermula setelah Departemen Kehakiman AS mengajukan dakwaan terhadap seorang pria asal Iran, Farhad Shakeri (51), yang diduga terlibat dalam rencana pembunuhan Trump yang disarankan oleh pejabat tinggi di Garda Revolusi Iran. Dalam dokumen dakwaan yang diajukan di pengadilan Manhattan, jaksa AS menuduh Shakeri diperintahkan untuk mengawasi dan merencanakan pembunuhan terhadap Trump pada bulan September lalu.
Baca Juga:
Meskipun pembicaraan mengenai pembunuhan ini terus berkembang di AS, Araghchi menegaskan bahwa Iran tidak memiliki niat untuk membunuh siapapun, termasuk Trump. Ia juga menjelaskan bahwa Iran sama sekali tidak memiliki rencana untuk mengembangkan senjata nuklir, dan kebijakan luar negeri mereka didasarkan pada ajaran Islam serta pertimbangan keamanan nasional.
“Iran tidak mengejar senjata nuklir, dan itu adalah kebijakan yang jelas berdasarkan prinsip-prinsip Islam kami dan perhitungan keamanan yang matang. Kami juga berharap hubungan antara AS dan Iran dapat dibangun kembali melalui rasa saling percaya dan saling menghormati,” kata Araghchi dengan tegas.
Baca Juga:
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, turut mengkritik tuduhan tersebut. Menurutnya, klaim tersebut merupakan upaya jahat dari pihak-pihak yang ingin memperburuk hubungan antara kedua negara. Ia menyebut tuduhan tersebut sebagai bagian dari rencana “menjijikkan” yang digagas oleh Israel dan kelompok oposisi Iran yang berada di luar negeri.
“Mereka yang membuat klaim ini berusaha memperkeruh hubungan internasional, sementara tujuan kami adalah untuk menurunkan ketegangan dan memfokuskan upaya untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan,” ujar Baghaei.
Beberapa analis memperkirakan adanya potensi untuk melonggarkan ketegangan antara Teheran dan Washington, meskipun tanpa membuka kembali hubungan diplomatik yang sudah lama terputus. Saeed Laylaz, seorang analis politik yang berbasis di Teheran, menyatakan bahwa jika ancaman terhadap keamanan Iran dapat diminimalisir, maka terdapat kemungkinan untuk melakukan pembicaraan rahasia antara kedua negara.
“Iran akan terus bertindak sesuai dengan kepentingan nasionalnya. Jika ancaman terhadap Republik Islam dapat diatasi, apa pun bisa terjadi. Kami tetap terbuka untuk dialog, meskipun situasinya sangat kompleks,” ungkap Laylaz.
Sementara itu, Iran terus menghadapi ketegangan dengan Israel, musuh bebuyutannya yang saat ini terlibat dalam konflik dengan kelompok-kelompok yang didukung oleh Teheran, termasuk Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon. Kepemimpinan Iran juga sangat memperhatikan kemungkinan terjadinya konfrontasi militer yang lebih besar di kawasan Timur Tengah.
Dengan ketegangan yang terus meningkat, banyak pihak yang berharap bahwa upaya diplomatik dapat mengurangi risiko eskalasi lebih lanjut. Namun, hingga kini, baik AS maupun Iran belum menunjukkan indikasi adanya perubahan signifikan dalam hubungan bilateral mereka.
Di sisi lain, tuduhan pembunuhan ini menambah ketegangan dalam hubungan antara AS dan Iran yang sudah lama tegang, terutama setelah peristiwa pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani pada Januari 2020. Meskipun tuduhan ini belum terbukti, banyak pihak yang khawatir jika klaim tersebut akan semakin memperburuk suasana politik di AS menjelang pelantikan Trump sebagai Presiden.
Pemerintah AS kini sedang mengejar Farhad Shakeri, yang diyakini berada di IraITn, dan terus menyelidiki dugaan peran Iran dalam plot tersebut. Namun, menurut pihak Iran, segala tuduhan terkait hal ini adalah bagian dari narasi yang dipengaruhi oleh pihak-pihak yang ingin memperburuk citra negara tersebut di mata dunia internasional.
(JOHANSIRAIT)
Tags
beritaTerkait
komentar