BREAKING NEWS
Rabu, 12 Februari 2025

Rezim Bashar Al-Assad Jatuh: Akhir Kekuasaan 14 Tahun yang Dukung oleh Rusia dan Iran

BITVonline.com - Senin, 09 Desember 2024 12:07 WIB
0 view
Rezim Bashar Al-Assad Jatuh: Akhir Kekuasaan 14 Tahun yang Dukung oleh Rusia dan Iran
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

DAMASKUS – Setelah hampir 14 tahun berhasil bertahan melawan gerakan revolusi Arab Spring, Presiden Suriah Bashar Al-Assad akhirnya tumbang dari kekuasaannya. Rezimnya yang terjaga melalui penindasan terhadap oposisi, serta dukungan militer dan diplomatik dari Rusia dan Iran, akhirnya berakhir setelah koalisi pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) melancarkan serangan brutal selama 11 hari yang menggulingkan Assad.

Bashar Al-Assad yang pertama kali menjabat pada tahun 2000 menggantikan ayahnya, Hafez Al-Assad, menjadi pemimpin Suriah pada usia 34 tahun. Pemerintahan awalnya dipandang akan lebih terbuka dengan dimulainya era yang dikenal dengan sebutan “Damascus Spring.” Namun, harapan itu tak berlangsung lama. Ketika gelombang protes menyusul gerakan Arab Spring pada 2011, yang dimulai di Tunisia, pecah di Suriah, Assad merespon dengan kekerasan terhadap para demonstran. Langkah ini berujung pada perang saudara yang hingga kini belum sepenuhnya reda.Hanya sekutu-sekutunya, seperti Rusia, Iran, dan kelompok Hizbullah di Lebanon, yang setia mendukungnya. Walaupun gencatan senjata pada 2020 memberikan sedikit ketenangan, Suriah tetap terjerat dalam keterpecahan politik dan sosial. Tidak ada upaya rekonsiliasi yang dilakukan oleh pemerintah, dan oposisi terus berjuang melawan rezim yang semakin represif.Kehancuran Assad membuka babak baru dalam sejarah Suriah yang penuh penderitaan, dengan pengaruh dari negara-negara besar seperti Rusia dan Iran yang terus mendominasi. Meskipun demikian, kemenangan pemberontak yang menggulingkan Assad tidak serta merta menjamin kestabilan Suriah. Negara ini kini menghadapi tantangan besar dalam membangun kembali negara yang hancur akibat perang saudara yang panjang dan brutal.

Baca Juga:

Rezim Assad adalah salah satu dari beberapa pemerintahan otoriter yang digulingkan oleh gelombang protes yang dikenal dengan sebutan Arab Spring. Gerakan ini bermula di Tunisia pada akhir 2010, dipicu oleh tindakan pembakaran diri oleh Mohammed Bouazizi, seorang pedagang kaki lima yang ditindas oleh aparat. Protes ini kemudian meluas ke berbagai negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

Baca Juga:
Zine El Abidine Ben Ali (Tunisia) Zine El Abidine Ben Ali, yang memimpin Tunisia sejak 1987, menjadi pemimpin pertama yang digulingkan dalam gelombang Arab Spring. Ben Ali awalnya menjanjikan perubahan setelah melakukan kudeta tak berdarah terhadap Presiden Habib Bourguiba. Namun, kepemimpinannya justru lebih otoriter dan banyak dipenuhi dengan korupsi. Pada akhir 2010, protes yang dimulai di daerah pedalaman Tunisia berhasil menggulingkan Ben Ali yang melarikan diri ke pengasingan. Muammar Gaddafi (Libya) Muammar Gaddafi, yang telah memimpin Libya selama lebih dari empat dekade, juga jatuh akibat gelombang protes yang berubah menjadi perang saudara. Protes terhadap rezimnya dimulai pada 2011 dan berujung pada intervensi militer dari NATO. Gaddafi akhirnya dibunuh oleh pasukan pemberontak setelah berbulan-bulan perlawanan. Hosni Mubarak (Mesir) Presiden Mesir Hosni Mubarak, yang telah berkuasa selama lebih dari 30 tahun, juga dipaksa turun setelah aksi protes besar-besaran pada 2011. Meskipun Mubarak sempat mencoba bertahan, tekanan dari rakyat Mesir dan militer akhirnya memaksanya untuk mengundurkan diri, yang menjadi titik awal dari pergolakan politik di negara itu. Ali Abdullah Saleh (Yaman) Ali Abdullah Saleh, yang memimpin Yaman selama lebih dari 30 tahun, juga tidak bisa menghindari dampak Arab Spring. Setelah menghadapi protes besar, Saleh akhirnya terpaksa menandatangani kesepakatan untuk mundur pada 2012, meskipun dia masih mencoba untuk memainkan peran dalam politik Yaman hingga akhir hayatnya.

Kehancuran rezim-rezim yang tercatat dalam sejarah Arab Spring membawa perubahan besar di kawasan Timur Tengah. Namun, meskipun penggulingan para pemimpin otoriter ini membuka peluang bagi perubahan politik, kawasan ini tetap dilanda ketidakstabilan yang parah. Negara-negara yang sebelumnya dipimpin oleh penguasa otoriter kini berjuang menghadapi tantangan besar, baik dalam hal rekonstruksi politik, pemulihan ekonomi, maupun penguatan institusi pemerintahan yang lebih demokratis.Dalam kasus Suriah, meskipun Bashar Al-Assad telah jatuh, situasi negara ini tetap jauh dari kata stabil. Koalisi pemberontak yang menggulingkan Assad kini harus menghadapi kenyataan bahwa negara yang telah hancur akibat perang saudara ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih. (JOHANSIRAIT)

Tags
beritaTerkait
Kronologi Kernet Bus Damri Ditusuk Sopir Pajero Usai Tegur Serobot Antrean di SPBU Bandar Lampung
Pemangkasan Anggaran Kementerian Pekerjaan Umum Berdampak pada Pembatalan dan Penundaan Proyek Infrastruktur
Ahmad Dhani Tantang Penyanyi yang Tak Bayar Royalti untuk Bertemu di Pengadilan?!
Jadwal Pertandingan Timnas U20 Indonesia Vs Iran: Langkah Awal Menuju Piala Dunia U20
Zita Anjani Hadiri Festival Cap Go Meh 2025 di Singkawang dan Kagumi Batu Belimbing yang Unik
Persiapan IPO Inalum: Simak Rencana Strategisnya
komentar
beritaTerbaru