Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa Indonesia termasuk dalam negara dengan prevalensi perokok tertinggi di dunia. Angka perokok di Indonesia diperkirakan meningkat dari 31,7 persen pada tahun 2000 menjadi 37,5 persen pada tahun 2025. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko kesehatan dan angka kematian akibat rokok. Setiap tahun, sekitar 300 ribu jiwa di Indonesia meninggal akibat dampak rokok.
Berbagai upaya pengendalian yang dilakukan selama ini dinilai belum efektif. Untuk itu, diperlukan strategi baru seperti pendekatan Tobacco Harm Reduction (THR) guna menekan angka kematian akibat rokok. THR merupakan pendekatan yang menawarkan produk alternatif untuk mengurangi risiko kesehatan akibat rokok. Produk dengan mekanisme pemanasan dianggap memiliki risiko lebih rendah dibandingkan rokok konvensional yang melibatkan pembakaran.
Studi oleh Public Health England menyebutkan bahwa produk alternatif ini 95 persen lebih rendah risiko dibandingkan rokok biasa. Menurut Assoc. Prof. Ronny Lesmana, pakar kesehatan Indonesia, pendekatan THR telah diterapkan di berbagai negara dan terbukti membantu perokok aktif untuk beralih ke opsi yang lebih aman. “Pendekatan ilmiah, kebijakan, serta teknologi harus dikombinasikan untuk mengurangi dampak berbahaya konsumsi tembakau.