JAKARTA –Setiap langkah dalam industri memiliki getarannya sendiri, yang tidak hanya dirasakan oleh para pekerja pabrik, tetapi juga oleh warga sekitar yang bergantung pada aktivitas ekonomi yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik tersebut. Di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tutupnya pabrik-pabrik padat karya di Indonesia, terjadi pergeseran yang menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat sekitarnya.
Pemandangan sepi di sekitar pabrik yang dahulu ramai menjadi gambaran nyata akan dampak luas dari tutupnya pabrik-pabrik tersebut. Salah satu contohnya adalah Komarudin, seorang Kepala Dusun yang terpaksa menjual beberapa unit kontrakannya karena sepi akibat ditinggalkan para buruh. “Saya dulu punya kontrakan 15 pintu, sekarang hanya tersisa 11 pintu saja, empat nya lagi dijual setelah pabrik itu bangkrut,” ujarnya dengan rasa kekecewaan yang mendalam.