JAKARTA -Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia melaporkan rencana strategis tambahan impor minyak mentah, LPG, dan BBM dari Amerika Serikat senilai lebih dari US$10 miliar atau sekitar Rp168,2 triliun kepada Presiden RI Prabowo Subianto dalam rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Kamis (17/4).
Bahlil menjelaskan, langkah ini dilakukan sebagai bagian dari strategi menjaga keseimbangan neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat, sekaligus menjadi bagian dari negosiasi agar produk ekspor Indonesia tidak dikenai tarif tinggi oleh Presiden AS Donald Trump, yang saat ini menetapkan bea masuk hingga 32%.
"Salah satu strategi untuk kita membuat keseimbangan adalah kita membeli LPG, crude oil, dan BBM dari Amerika. Nilainya untuk bisa memberikan keseimbangan terhadap neraca perdagangan kita, di atas US$10 miliar," kata Bahlil.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa hingga Februari 2025, neraca dagang RI-AS masih surplus sebesar US$3,13 miliar.
Sepanjang tahun 2024, surplus perdagangan Indonesia terhadap AS mencapai US$16,84 miliar.
Meski menambah porsi impor dari AS, Bahlil menegaskan tidak ada tambahan volume impor secara keseluruhan sehingga tidak akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Yang kita lakukan adalah hanya mengubah asal impor migas, dari yang sebelumnya banyak dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara, kini akan lebih banyak dari Amerika Serikat," ujarnya.
Langkah pengalihan ini dinilai Bahlil tidak akan menimbulkan konflik diplomatik, mengingat tidak ada perjanjian perdagangan mengikat dengan negara-negara penyuplai sebelumnya.
"Ya ini kan persoalan dagang aja. Kita juga enggak ada keterikatan. Biasa aja dagang," tambahnya.
Langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjaga hubungan dagang strategis dengan Amerika Serikat, di tengah tekanan tarif dagang dari pemerintahan Trump yang berpotensi memukul produk ekspor domestik.*