BREAKING NEWS
Rabu, 12 Februari 2025

CT Soroti Tantangan Ekonomi Indonesia Akibat Ketergantungan Impor BBM

Redaksi - Selasa, 04 Februari 2025 18:09 WIB
39 view
CT Soroti Tantangan Ekonomi Indonesia Akibat Ketergantungan Impor BBM
Chairul Tanjung (CT)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung
JAKARTA– Founder & Chairman CT Corp, Chairul Tanjung (CT), menyampaikan kekhawatirannya mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan akan sulit mencapai target 8% akibat tingginya impor bahan bakar minyak (BBM). Ia menilai, besarnya impor BBM yang saat ini mencapai 1 juta barel per hari disebabkan oleh penurunan lifting minyak Indonesia.

CT mengungkapkan, dalam beberapa tahun lalu, lifting minyak Indonesia pernah mencapai 1,5 juta barel per hari, namun mengalami penurunan drastis. "Kalau ini dibiarkan terus-menerus, konsumsi energi kita akan meningkat, impor juga semakin meningkat. Nah, kalau impor makin tinggi, target pertumbuhan ekonomi yang dicita-citakan tidak akan tercapai," ujarnya dalam acara Sarasehan Ulama di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, pada Selasa (4/2/2025).

Baca Juga:

Menanggapi hal ini, CT mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tercapai melalui tiga pilar utama: konsumsi domestik, pertumbuhan investasi, dan kinerja ekspor-impor. Namun, jika impor lebih besar dari ekspor, maka kontribusi faktor pendukung pertumbuhan ekonomi akan semakin berkurang.

Dalam kesempatan tersebut, CT juga mengungkapkan bahwa meskipun konsep Asta Cita yang dipaparkan oleh Presiden Prabowo Subianto sangat baik, implementasinya akan menjadi tantangan besar. "Asta Cita is a very good concept, but how to implement it becomes an extraordinary challenge because it is not easy," kata CT.

Lebih lanjut, CT menyarankan bahwa dua sektor industri yang berpotensi menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah industri baja dan petrokimia. Namun, ia menilai kedua sektor ini masih dalam kondisi yang lemah, dengan industri baja yang masih tertinggal meski sudah ada upaya yang dilakukan oleh Krakatau Steel.


Begitu juga dengan industri petrokimia yang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Korea dan Taiwan. "Semua kebutuhan industri, mulai dari mobil hingga kulkas, membutuhkan kedua industri ini. Sayangnya, kita masih lemah di industri baja, dan industri petrokimia juga belum kuat," pungkasnya.

(dc/christie)

Editor
: Redaksi
Tags
beritaTerkait
OJK Catat Pertumbuhan Signifikan di Sektor Perbankan Digital
Rupiah Diperkirakan Sulit Rebound Menyusul Sentimen Global dan Ketidakpastian Politik AS
komentar
beritaTerbaru