Eddy menyebutkan bahwa dengan mandat langsung dari Presiden Soekarno (Bung Karno), RM Margono berhasil mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI) pada 5 Juli 1946, sebuah terobosan penting yang memungkinkan Indonesia memiliki lembaga keuangan yang dapat mendukung kestabilan ekonomi dan memperkuat kedaulatan negara. Sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) saat itu, RM Margono berperan aktif dalam merancang dan mengusulkan pendirian Bank Sentral yang pertama kali di Indonesia, meskipun negara saat itu baru saja merdeka dan menghadapi tekanan dari penjajah Belanda.
“RM Margono menjadi pionir dalam menegakkan kedaulatan ekonomi bangsa sekaligus meletakkan dasar-dasar kebijakan perbankan dalam sistem ekonomi Indonesia,” ujar Eddy Soeparno.
Wakil Ketua MPR ini juga mengungkapkan bahwa pada masa tersebut, RM Margono harus menghadapi situasi yang sangat sulit. Di satu sisi, dia menghadapi tekanan dari Belanda yang terus berusaha mempertahankan kekuasaannya di Indonesia, sementara di sisi lain, RM Margono harus memberikan pemahaman kepada masyarakat yang sebagian besar masih buta huruf mengenai pentingnya literasi keuangan untuk mendukung perekonomian yang baru merdeka.
“Pak RM Margono dihadapkan pada situasi sulit, tekanan ekonomi Belanda yang menolak kedaulatan Indonesia. Di sisi lain beliau juga harus memberikan pemahaman mengenai literasi keuangan di masyarakat yang waktu itu mayoritas masih buta huruf,” kata Eddy.