“Sangat penting bagi kita untuk memahami apakah keputusan ini benar-benar didasarkan pada kinerja akademik dan kepribadian siswa, ataukah terdapat faktor lain yang tidak terungkap secara jelas,” ungkap Aris dalam konferensi pers kepada Tribunnews.com.
KPAI mendapatkan laporan dari Dinas Pendidikan Sumatera Utara bahwa Maulidza memiliki rekam jejak akademik yang unggul, serta kepribadian yang baik. Namun, pihak sekolah menyebut adanya syarat kehadiran yang tidak terpenuhi sebagai alasan utama untuk tidak mempromosikan siswa tersebut ke tingkat yang lebih tinggi.
Aris menegaskan bahwa prinsip utama dalam kasus ini adalah kepentingan terbaik bagi anak. “Kami mendesak agar Dinas Pendidikan dapat melakukan penyelidikan menyeluruh untuk memastikan bahwa tidak ada diskriminasi atau perlakuan tidak adil terhadap Maulidza,” tambahnya.
Di sisi lain, Choky Indra, ayah Maulidza, mengungkapkan kekecewaannya terhadap keputusan tersebut. Ia menduga bahwa anaknya menjadi korban balas dendam atas laporannya terhadap pungli di sekolah. “Anak saya berusaha keras dalam pelajarannya. Saya merasa tidak adil bahwa ia harus mengalami hal seperti ini,” kata Choky.