Cuaca yang labil dapat meningkatkan pembentukan awan konvektif seperti Cumulonimbus (CB), yang sering kali disertai dengan kilat, petir, angin kencang, hujan lebat, bahkan hujan es. Fenomena ini bisa memicu berbagai bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang dan tanah longsor, terutama di daerah perbukitan yang rawan longsor.
Dalam menghadapi perubahan cuaca yang cepat, masyarakat diimbau untuk menjaga kesehatan dan keselamatan. BMKG menyarankan agar masyarakat mengatur aktivitas di luar ruangan dengan bijak, serta menggunakan perangkat pelindung diri seperti payung, topi, atau jas hujan.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa beberapa fenomena atmosfer masih cukup signifikan dan dapat mempengaruhi cuaca di Indonesia. Termasuk di antaranya adalah aktivitas monsun Asia, gerakan Madden Jullian Oscillation (MJO) di Samudra Hindia Bagian Timur, serta pola belokan dan pertemuan angin di wilayah Indonesia Bagian Tengah dan Selatan.