Wisata  

Surga Tersembunyi di Pulau Pantar, Kaya Tradisi Bertani dan Berburu

ALOR, NTT – Pulau Pantar, sebagai salah satu pulau terluas di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghadirkan gambaran kehidupan dan tradisi unik masyarakatnya. Terletak di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Pulau Pantar memiliki lima wilayah administratif, menciptakan kayaan budaya dan warisan lokal yang menarik.

AlOR- PANTAR, itulah nama  salah satu Pulau terluas di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Mungkin sebagian besar orang Indonesia belum pernah mendengar nama pulau ini.  Pulau Pantar merupakan bagian dari Kabupaten Alor,  Provinsi NTT.  Secara administrasi Pantar terbagi dalam 5 Wilayah yaitu: Kecamatan  Pantar,  Kecamatan Pantar Timur,  Kecamatan Pantar Tengah,  Kecamatan Pantar Barat dan Kecamatan Pantar Barat Laut.

Orang Pantar memiliki banyak tradisi yang diwariskan turun temurun sejak dahulu kala. kami akan ceritakan secara lengkap tentang keindahan pulau ini.

Catatan ini merupakan catatan kehidupan orang Pantar terkhusus dua suku besar yaitu Kulligang dan Bi’ang wala. Dua suku besar ini adalah Masyarakat Kristen di Pantar Tengah (Bi’ang wala) dan masyarakat Kristen di Pantar Barat dan Pantar Barat Laut (Kulligang). Catatan Kehidupan yang menjadi tradisi kedua suku besar ini menurut saya adalah tradisi terbaik, dimana jika tradisi ini sudah bisa dilakukan oleh seorang laki-laki remaja, maka laki-laki  tersebut dianggap sudah bisa bertanggung jawab, sehingga bisa dikawinkan atau dinikahkan dengan seorang perempuan.

kami memilih dua tradisi kehidupan ini sebagai tradisi terbaik, dengan harapan semoga generasi muda bisa mempertahankan nilai-nilai luhur dan pesan-pesan moral yang ada di dalam catatan kehidupan ini. Dua catatan kehidupan yang saya ambil yaitu antara lain; Tradisi Bertani dan Tradisi Berburu.

kami akan menceritakan terlebih dahulu tradisi Bertani orang Pantar.

Orang Pantar bertani di ladang/kebun. Orang Pantar menanam padi di kebun bukan di sawah, petani Pantar hanya mengandalkan hujan sehingga padi hanya ditanam satu tahun satu kali yaitu pada musim hujan bulan November sampai dengan pertengahan bulan Desember.

Orang Pantar mempersiapkan ladang atau kebun dikerjakan secara beramai-ramai, saling membantu dengan sistem yang mereka sebut sambung kaki atau dalam bahasa Lamma, disebut tauta galu. Jadi kalau hari ini kita sudah membantu seseorang, seseorang itu kemudian harus membantu orang lain. Demikian dilakukan sampai semua kebun-kebun selesai dibersihkan, dan siap untuk ditanami benih padi.

Saat musim hujan tiba, orang Pantar mulai menabur benih padi di ladang mereka. sistem menanam padi juga dilakukan secara beramai-ramai sebagaimana yang biasa mereka lakukan yaitu sambung kaki atau tauta galu.

Menanam padi dibutuhkan dua tim yaitu; tim penggembur atau dalam bahasa Lamma disebut si kausing. Si kausing dilakukan oleh laki-laki, dan tim Penabur bibit yaitu terdiri dari laki-laki dan perempuan. Semua tim bekerja sama sampai bibit padi selesai ditanami.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *